Sabtu, 16 Oktober 2010

Testimoni Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)

Sebagai seniman, Bapak Presiden tentu tahu, citarasa seni adalah perkara hati. Setiap orang adalah subjek yang merdeka, termasuk dalam mengapresiasi apa yang baginya mengandung estetika. Memaksakan sebuah karya seni terhadap semua orang akan mengarah pada pelanggaran hak asasi. Sama halnya dengan melanggar hak cipta.
Negara sekalipun, tidak berwenang memaksa seseorang untuk menyukai atau bahkan menghapalkan lagu yang mungkin saja tidak klop dengan suasana batinnya.

Di zaman ini, pada kondisi di mana negara tidak lagi menjanjikan harapan, sebait lagu tidak akan mampu berbuat banyak, apalagi untuk perbaikan negeri. Olehnya, dalam suasana hati yang pilu, kami lebih memilih mendengarkan KANGEN BAND dan KEONG RACUN. Sekadar untuk menenangkan hati, tidak lebih.

Kami tentu maklum jika dalam kesibukan mengurus negara, Bapak Presiden masih menyempatkan diri untuk menuliskan lagu. Bagi saya hal itu adalah prestasi. Hanya saja, antara Bapak sebagai presiden dan sebagai seniman perlu dibedakan. Jangan sampai, jabatan presiden dimanfaatkan sebagai alat paksa mempromosikan lagu, atau sebaliknya menciptakan lagu dengan tujuan mendongkrak citra dan mengalihkan perhatian dari persoalan besar bangsa ini.

Bapak Presiden, beberapa hari yang lalu, melalui situs ini, saya mendapat bocoran jika salah satu soal dalam tes CPNS nantinya menanyakan apa judul lagu ciptaan Bapak. Mendengar kabar itu, dengan berat hati saya simpan kembali ijazah yang telah saya persiapkan untuk mendaftar CPNS nanti. Sedih rasanya.

Setidaknya, dua hal yang membuat saya sedih mendengar itu. Pertama, karena memang saya tidak tahu judul lagu ciptaan Bapak. Apalagi menghapalkannya. Dan jika bocoran itu benar, berarti kemungkinan untuk lulus tes PNS nantinya sangat tipis. Satu soal sudah dipastikan salah. Kedua, saya sedih karena bangsa ini telah menjadi bangsa yang narsis. Bukankah pemimpin adalah cerminan sebuah bangsa.

Ketika pemimpin telah mengalami krisis eksistensi diri,dimana eksistensi diukur dengan perkara remeh temeh, semisal menciptakan lagu, maka saya khawatir eksistensi bangsa ini juga hanya akan terjebak pada soal yang tidak substansial. Satu contoh, kita lebih memilih menonton pertandingan sepakbola antara PSSI melawan uruguay ketimbang dengan segera mengunjungi korban bencana banjir Wasior. Berharap nama baik bangsa akan di dongkrak oleh prestasi sepakbola. Dan hasilnya, tim nasional Uruguay menyadarkan kita bahwa dalam sepakbola pun, kita masih termasuk dalam kategori negara dunia ketiga.

Bapak Presiden yang baik hati, menjadi PNS adalah cita-cita sebagian kami. Bahkan diantara kawanku, dari sejak menginjakkan kaki ke dunia ini, orang tuanya telah berketetapan hati kalau anak itu kelak akan menjadi PNS.

Di tengah ketidakmenentuan, PNS adalah pilihan ter”aman”. Namun, menjadi PNS rupanya tidak semudah dulu lagi. Antrian panjang pelamar yang berharap mengabdikan dirinya bagi bangsa dan negara terlihat pada setiap pendaftaran CPNS. Hal ini, tidak lain karena negara gagal mendorong rakyatnya untuk bekerja disektor yang lebih produktif. Kondisi perekonomian menyulitkan rakyat berbuat banyak selain bergantung pada negara dengan menjadi PNS.

Dengan ini, kiranya bapak mengerti bagaimana sulitnya kami para pencari kerja. Mempelajari soal-soal matematika dan psikotes saja kesulitannya bukan main.Ditambah lagi harus menghapal lagu Bapak.

Apa boleh buat, dengan sangat terpaksa, ijazah itu saya simpan kembali, tahun ini harus menunda mengikuti tes CPNS sembari menunggu album Bapak yang baru. Mungkin di album berikutnya, ada yang lebih mudah dan mengenakkan untuk dihapal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar