Minggu, 06 Januari 2013

The Last Note for Gift

Kutuliskan note ini ketika langit makassar sedang tak menentu. Kadang ia benderang seterang-terangnya, sejurus kemudian ia dapat menjelma menjadi sangat suram menumpahkan air matanya yang lama diendapkan oleh kemarau. Kemarin, kami harus berjibaku dengan banjir yang semakin tak terkendali. Tapi saya pikir itu semua petanda baik bahwa alam sedang ingin menguji kesabaran kita semua.

Hari ini, enam januari duaribu tiga belas, sebelum memutuskan menulis note, saya dirundung bimbang, jangan-jangan tidak lagi pantas saya menulis ini untukmu. Lagian kau juga tidak mungkin membacanya, karena mungkin tak ada lagi waktumu untuk mampir di blog ini.

Tapi ada rasa yang lebih besar yang menggiring jemari saya untuk tetap menari di atas keyboard tua ini. bahwa tidak penting menyoal hubungan kita yang tidak beriringan lagi, yang terpenting saat ini, sebagai orang yang pernah merasakan bahagia disebagian dari seperempat abad usiamu, saya wajib menuliskan doa, semoga kelak kau semakin ceria dengan hidupmu. Maka izinkan saya menulis catatan terakhir tentangmu dan kita sebagai kado kecil di hari special ini. Saya janji, setelah ini tak akan lagi mengganggumu dengan catatan-catatan yang mungkin hanya sampah bagimu.

Tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya, setiap kali menulis note tentang hari jadimu, diriku selalu dibayangi perasaan gembira. Karena setelahnya akan ada makan malam bersama-ditraktir pastinya-, dan yang terpenting biasanya di hari itu kita berbincang tentang rencana masa depan yang membuatku semakin optimis dan bergairah dalam menjalani hari-hari kedepannya.

Biasanya pula, diselang waktu itu, kita berdebat tentang harga kadoku. Dengan referensimu mengenai berbagai harga barang di mal, kau sulit percaya setiap nilai yang kusebutkan tentang harga kado yang kuberi. Katamu, tidak mungkin semahal itu, heheheh,,, Yah, jujur memang saya selalu melebihkan tentang harga kado itu. Riilnya hanya sepertiga atau seperdua dari yang saya sebut. Hehehe,,,

Hari ini, tepat diusiamu yang seperempat abad, menulis note ini terasa jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain tidak akan ada lagi makan malam gratis, memang tak ada lagi yang perlu diperbincangkan. Malam ini mungkin seseorang telah menggantikanku menemanimu mengisi hari special ini sembari bercerita tentang rencana-rencana indah kalian kelak. Ah, bukan lagi urusanku untuk bahas tentang kalian.

Hari ini, saya hanya ingin mengucap selamat atas usiamu yang kian matang. Dahulu mungkin pernah saya salah besar membiarkanmu pergi, tapi tidak perlu ada lagi yang disesali. Lagi-lagi kita harus memercayai ungkapan klise, “dibalik setiap kejadian, selalu ada rencana Tuhan yang berlaku baik untuk semuanya”.

Tahukah kau kisah tentang Heloise dan Abelard? Kira-kira abad ke 12, di prancis mereka hidup layaknya sepasang kekasih yang dimabuk cinta. Salahkah bila seorang professor teolog jatuh cinta pada muridnya sendiri? Cinta tidak pernah salah, hanya keadaan yang kadang sulit dikompromikan. Paman Heloise tidak senang dengan sang professor. Dan seperti biasa dalam kisah-kisah cinta yang penuh haru, keduanya pun terpisah.

Lantas, matikah cinta setelahnya? Tentu tidak, cinta tidak pernah mati, ia akan tetap tumbuh meski raga tak bersama. Heloise dan Abelard tidak membunuh cinta mereka. Mereka juga tidak lantas memilih bunuh diri seperti yang dilakukan Cleopatra dan Mark Anthony. Cinta mereka tetap tumbuh dalam setiap surat yang mereka kirimkan satu sama lain. Mereka juga memutuskan untuk tidak mencari pengganti masing-masing.
Dalam satu suratnya, Abelard menulis “You know, beloved, as the whole world knows, how much I have lost in you, how at one wretched stroke of fortune that supreme act of flagrant treachery robbed me of my very self in robbing me of you; and how my sorrow for my loss is nothing compared with what I feel for the manner in which I lost you

Kehilangan membuat keduanya tetap hidup dalam surat. Terpisah oleh keadaan tidak lantas membuat mereka mencari pengganti masing-masing. Mereka setia dengan cara mereka.

Tapi kawan (kali ini saya harus terbiasa menganggapmu sebagai sahabatku), cinta memang tidak bisa dibunuh begitu saja, ”but life must go on”. Hidup tak boleh berhenti. Roda-roda kehidupan harus terus berputar dalam keadaan apapun, sebab kita punya tanggung jawab untuk menjaga peradaban dengan melahirkan generasi-generasi cerdas. Makanya, saya maklum ketika mendengar kabar tentang kau dengan yang lain. Kau baik dan butuh yang lebih baik pula. Generasi cerdas hanya akan lahir dari ibu baik dan bapak yang baik juga. Bukan dari laki urakan, yang labil.

Di usiamu yang kian matang ini, jujur saya bangga pernah menjadi bagian di dalamnya. Juga sedih karena semua optimisme bersamamu berakhir justeru dipenghujung tahun saat rencana kita semakin dekat. Tapi lagi-lagi kita harus percaya bahwa Tuhan pasti punya rencana baik tanpa harus menyatu.

Selamat ulang tahun, sukses selalu menyertaimu,