Sabtu, 16 Oktober 2010

Boas Itu dari Papua Pak Presiden!

Kita kalah dan itu wajar. Tidak fair bila menghukumi para pemain yang telah berjuang sekuat tenaga mengharumkan nama bangsa atas kekalahan mereka dari tim peringkat tujuh dunia. Di barisan pemain Uruguay ada beberapa nama tenar semisal Luis Suares (Ajax). Sementara kita, sebelas pemain itu hanya berkutat di Liga Indonesia, liga dengan segudang persoalan. Jadi, tidak perlu risau dengan kekalahan ini. Bukankah dari Myanmar sekalipun kita masih sering kedodoran.
Setidaknya tim nasional kita masih bisa mencetak gol ke gawang lawan walau hanya satu. Capaian yang luar biasa. Salut untuk Boas Salosa. Bambang Pamungkas cs telah menunjukkan batas kemampuannya. Mereka berani, tidak kikuk meski berhadapan dengan tim yang menembus 4 besar piala dunia 2010. Kalah 1-7 tentu masih lebih baik dari kalah 1-10. Dan untuk itu, ada baiknya kita angkat topi, mengapresiasi perjuangan anak-anak negeri.
Kesebelas anak negeri itu telah mencontohkan kepada presiden mereka yang menonton langsung di stadion Gelora Bung Karno bagaimana seharusnya patriotisme itu ditanamkan dalam dada. Patriotisme sejati adalah keberanian berhadapan dengan segala kemungkinan yang bahkan kecil atau mustahil sekalipun demi bangsa dan negara.
Malam ini, oleh Boas Salosa, Presiden memang sedang diperlihatkan bagaimana sebaiknya menjaga nama baik bangsa. Bukannya menjadi penakut, apalagi hanya dari sekelompok kecil yang bernama RMS. Bahwa menjaga kedaulatan tidak cukup dengan pidato saja.
Saya banyak menyebut Boas Salosa karena pemain tersebut memang bintang malam ini. Gol berkelas dunia ia lesakkan ke gawang Uruguay dengan tenang. Disaat sebagian kawannya telah kehabisan nafas, ia masih fit bertarung bahkan beberapa tendangannya masih sempat membahayakan gawang lawan.
Lebih membanggakan lagi, Boas, atas nama bangsa, tetap bermain maksimal ditengah kesedihan yang melanda kampung halamannya, Papua. Di Wasior sana, ratusan orang telah meninggal akibat banjir bandang beberapa hari lalu. Pada kondisi ini, saya bisa bayangkan dilema Boas Salosa, malam ini ia harus melupakan kesedihan itu demi mengemban amanah sebagai anak bangsa.
Di tengah lapangan, dengan kecepatannya mengocek bola, sebagai anak Papua, ia sekali lagi ingin menunjukkan kepada Bapak Presiden bahwa Papua itu masih bagian dari Indonesia. Bahwa para korban banjir bandang di Wasior juga adalah bangsa yang seharusnya mendapat respon dan bantuan cepat dari Bapak Presiden.
Di sela tayangan bola, saya membaca running teks tentang rencana Presiden yang baru akan mengunjungi Wasior hari minggu nanti. Perlakuan yang berbeda dengan bencana di daerah lain. Para korban banjir Wasior harus bertarung sendiri, saling membantu dalam kesusahannya. Tidak ada gunanya lagi datang bila terlambat.
Kalau begini, saya mulai memaklumkan apa yang diperjuangkan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan RMS. Tidak sepatutnya kita marah bila mereka ingin merdeka dari Indonesia sementara kita memang tidak pernah memperlakukan mereka sebagai bagian dari saudara.
Untunglah, masih ada Boas Salosa, anak Papua yang kesadaran keindonesiannya belum luntur. Bahkan dengan bangga ia persembahkan sebuah gol cantik malam ini untuk Wasior dan seluruh rakyat Indonesia.
Sekedar Anda tahu, Boas itu dari Papua Pak Presiden!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar