Minggu, 20 Maret 2011

Burjo, Supremasi Ekonomi Sunda di Tanah Jawa

Sejarah boleh mencatat betapa Padjajaran pernah dipecundangi Patih Gajah Mada. Arogansi Gajah Mada yang membunuh para rombongan pengantin Putri Dyah Pitaloka Citrasemi penanda takluknya Maharaja Linggabuana di bawah kekuasaan Majapahit. Insiden Bubat ini membawa dendam kesumat Sunda atas Jawa yang mungkin saja masih berakar hingga kini.

Tidak bermaksud mengorek luka lama. Toh, peristiwa itu telah berabad lalu, dan saat ini, tak ada lagi penanda kekuasaan Jawa atas Sunda. Bahkan, tanda-tanda ekspansi Sunda di tanah Jawa terlihat pada beberpa hal.

Salah satunya adalah Burjo. Hampir tiap hari saya mangkal di sana. Menikmati bubur kajang ijo atau nasi telur khas Burjo. Ekspansi ekonomi Sunda di tanah Jawa terlihat dengan menjamurnya BURJO di Jogja. Hampir di setiap perempatan jalan terdapat warung BURJO yang diasuh 0leh Aa-Aa yang masih muda-muda.

Padang mungkin boleh bangga dengan Warung Minang yang bertebaran di mana-mana. Begitu juga Tegal dengan Wartegnya. Tapi BURJO punya citarasa sendiri. Tidak sekedar bubur kacang ijo, indomie telur atau nasi telur. Di BURJO, sembari menikmati nasi telor, saya merasa ada semangat sejarah yang jauh lebih dari sekedar menjajakan makanan.

Sekalipun menu makanan yang disajikan biasa-biasa saja, tapi BURJO tidak pernah sepi dari pengunjung. Sebagian besar adalah mahasiswa. Semakin larut pengunjungnya malah tambah banyak. Biasalah, mahasiswa memang tak ada kenyangnya, dan yang paling cocok dengan isi dompet hanyalah burjo.

Selain karena murah, hal lain yang membuat BURJO selalu ramai adalah keramahan Aa penjaga BURJO. Mereka selalu punya bahan untuk membuat para pengunjungnya betah berlama-lama di BURJO. Dengan aksen Sunda yang kental, Aa penjaga BURJO selalu nyambung dengan cerita apa saja. Karena itu, BURJO tumbuh subur di Jogja.

Satu-satunya yang bisa menyaingi banyaknya warung padang adalah BURJO.
Anda mungkin tidak setuju, tapi setidaknya ini fakta bahwa menjamurnya BURJO di Jogja adalah symbol tegaknya supremasi ekonomi para cucu Dyah Pitaloka di atas tanah Jawa. Heheh,,

Sudah dulu ya, mau ke BURJO nih, lapar rasanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar