Selasa, 29 Maret 2011

Gedung Dewan

Sementara kita panik dengan bom buku, kita alpa satu hal. Ada konspirasi besar yang menggerus trliunan rupiah. Besaran yang hanya dikalahkan oleh skandal Century.

Kepada para Syuhada Islam, maafkan kami yang selalu mengkambinghitamkanmu atas berbagai teror kemanusiaan. Kami percaya, bukan kalian, semua itu adalah ulah para tikus berdasi di atas sana. Mereka memang gemar berbuat rusuh demi memalingkan pandang kami dari tangan-tangan mereka yang setiap saat menilap uang rakyat.

Entah kapan politik pengalihan isu itu menjadi alat kekuasaan. Semua menjadi terang ketika kita sadar betapa sebuah isu penting luput dari perhatian sejenak setelah bom buku meledak. Mega skandal yang kita abaikan itu adalah proyek triliunan rupiah pembangunan gedung mewah para dewan terhormat. Tidak kurang dari 1,1 Triliun rupiah untuk gedung yang didalamnya jauh melebihi hotel bintang tujuh.

Inilah demokrasi yang kita idam-idamkan, dimana rumah rakyat berdiri megah namun rakyat tak pernah sekalipun menikmati kemegahannya. Inilah tatanan yang kita elu-elukan, dimana perselingkuhan antara para dewan dengan pelacur kota bakal di legalkan di rumah yang dibangun atas jerih payah rakyatnya. Jangan bermimpi untuk bertemu mereka lagi, sebab hari-harinya bakal dimanjakan dengan mandi sauna dan spa.

Bila saja nurani masih mempimpin, tak akan ada kemewahan di atas darah dan air mata. Tapi lupakan nurani. Kita memasuki babakan baru, dimana rakyat hanyalah angka imajiner. Mereka selalu diklaim untuk setiap kebijakan yang tak pernah sedikitpun mereka nikmati. Ya, disini, rakyat tidak pernah bisa lebih dari deretan statistik.

Marzuki Alie yang juga seperti Tuannya gemar dengan pidato kontroversi. Kemarin, ia tegaskan pembangunan gedung dewan yang baru atas keinginan rakyat. Dan baginya, suara perlawanan dari kelompok masyarakat tidak lebih dari salakan anjing. Tak peduli gonggongannya keras, khafilah tetap berlalu.

Baginya, pembangunan gedung dewan adalah kemutlakan. Jangan harap ada debat kusir dan panitia angket soal ini. Tidak ada kata koalisi ataupun oposisi, semua melebur dalam satu suara “pembangunan gedung dewan keinginan rakyat”. Padahal, kurang apa lagi gedung bundar. Para dewan terhormat tak perlu takut dengan lemparan batu demonstran, pagarnya terlampau tinggi untuk dilewati para demonstran.

Tetapi manusia memang tidak ada puasnya. Selalu ada keinginan untuk mendapat lebih lagi. Sialnya, segala kemewahan itu diperoleh dari kerja keras orang lain, yang tiap saat diperas lewat pajak dan retribusi.

Kepada Marzuki Alie, kami sadar tulisan ini pun tak bisa menghalangimu membangun gedung megah itu. kami hanya bisa berdoa semoga gedung menjulang itu nantinya tahan gempa, sebagaimana mitos bangunan akan kuat jika pondasinya bercampur darah dan potongan tubuh manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar