Jumat, 04 Maret 2011

Nibiru dan Pughaba Tasaro GK


Saya baru saja menamatkan novel Nibiru karya Tasaro. Penulis muda Indonesia yang kaya akan imajinasi. Sulit membayangkan sebuah novel fantasi dengan ketebalan yang lumayan disajikan secara apik dari seorang anak negeri.

Nibiru berkisah tentang sebuah pulau yang segera mengalami kehancuran. Pulau Kedhalu. Sebuah kontradiksi, sebab kehancuran itu juga menjadi sesuatu yang dinantikan. Ramalan tentang masa itu telah lama diketahui oleh penduduk kedhalu terutama yang berdiam di Sagany. Mereka memilih menepi dii ruang kosong perut bumi untuk sebuah masa yang telah beribu tahun dinantikan. Seorang anak muda reinkarnasi Raja Saternatez bakal terlahir.

Yang miris, sebab kehadiran Raja Saternatez harus didahului dengan perang besar yang berujung kehancuran pulau. Pasukan Nyathemaytibh akan segera menyerang Kedhalu.

Tasaro menuliskan dengan baik masa penantian itu. Setiap lembar cerita mengandundung teka-teki tenatng siapa anak muda yang dalam dirinya bakal menjelma Raja Saternatez.
Kemampuan warga Kedhalu dalam menerawang juga tak mampu memecahkan teka teki.

Ayah Dacha, Wamap Suli berharap penuh, anaknyalah yang akan menjadi reinkarnasi Raja Saternatez. Nama Dacha bukan tanpa sengaja, Dacha berarti juga raja. Berpuluh tahun ia mempersiapkannya, pedhib mata perak peninggalan istrinya telah ia wariskan. Menjadi raja bakal meghadapi banyak rintangan, setidaknya pedhib itu yang bakal membantu Dacha menghadapi perang besar.

Lemathi, nyonya Luminya sebenarnya dapat menerawang Dacha. Ia tahu, Dacha memiliki peran besar dalam menyelamatkan Kedhalu. Tapi ia memilih diam. “Hingga waktunya tiba,”

Sebenarnya, ketakutan itu bukan pada Nyathemaytibh. Pangkal dari segala ketakutan warga Kedhalu adalah Nibiru. Beribu tahun hanya menjadi dongeng, Nibiru sebentar lagi menyata. Dacha tahu itu. Lewat mimpi, seseorang mengimkannya pesan tentang Nibiru. Segala yang menakutkan ada pada Nibiru.

Pahlawan lebih sering hadir dari yang urakan dan “nakal”. Dacha adalah salah seorang dari empat keparat kecil. Mereka melawan kemapanan penduduk utara. Bicara blak-blakan tanpa sopan santun, sesuatu yang menjadi pembeda utama dengan warga utara, pusat kota kedhalu.

Ini yang tidak bisa diterima warga utara. Pahlawan Kedhalu tidak mungkin hadir dari selatan, tempat segala kehinaan berakumulasi. Pethunya terutama, sebagai penguasa Kedhalu, ia tak habis pikir bocah tengik dari selatan bakal menjadi penentu masa depan Kedhalu yang juga bakal merebut kekuasaan darinya.

Satu yang diabaikan Wamap Suli, putranya bukan keturunan murni Kedhalu. Ibu Dacha, Lunez adalah pesuruh raja Nyatemaytibh. Raja saternatez mustahil hadir dalam tubuh Dacha. Lantas siapa jelmaan Raja Saternatez?

Disini letak menariknya, ketika sesuatu yang sangat penting itu ternyata tersembunyi di dalam sosok yang disepelekan. Yang selama ini eksistensinya tidak begitu penting, toh menjadi jawaban dari semua teka-teki. Sothap, juga salah satu kawanan empat keparat kecil justru yang kelak menjadi Raja Saternatez, penguasa Kedhalu. Kesabaran Sothap untuk senantiasa mengikuti instruksi Dacha justru melahirkan kepemimpinan dalam dirinya. Dialah raja yang dinantikan.

Bagaimana dengan monster Nibiru yang menakutkan?

Yang pahit dalam hidup ketika yang kau takuti itu sendiri adalah dirimu. Nibiru, sosok yang begitu ditakuti warga Kedhalu malah hadir dalam diri Dacha. Penghianat para raja yang kehadirannya diramalkan menjadi sebab kehancuran. Justru mewujud dalam diri anak muda yang justru mati-matian ingin menyelamatkan Kedhalu.

Yang menarik, ketakutan terhadap Nibiru terlampau jauh. Nibiru yang hadir dalam Dacha justru benar-benar menjadi penyelamat kedhalu.

Demikian, Tasaro sangat imajinatif menuliskan kisah Nibiru. Pughaha yang tidak semua orang Indonesia miliki. Menulis novel berlatar Atlantis dengan alur cerita yang penuh tanda tanya, bagi saya Tasaro kini dapat disejajarkan dengan JK Rowling, penulis Harry Potter. Tak percaya? Maka, bacalah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar